Identifikasi Tanin dari Daun Sirih Hijau

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA
IDENTIFIKASI TANIN DARI SIMPLISIA DAUN SIRIH HIJAU

 







Disusun oleh:
Nama                           : Fika Bawesty Pradina
NIM                            : 1606067020
Kelompok                   : III/A
Pembimbing                : Erma Yunita, M.Sc., Apt
Tanggal Praktikum      :

 
 











LABORATORIUM FITOKIMIA
AKADEMI FARMASI INDONESIA YOGYAKARTA
2018/2019

A.    TUJUAN
Mahasiswa dapat memahami dan melakukan identifikasi tanin dari daun sirih hijau berikut analisis kualitatif golongan senyawa tersebut dengan metode kromatografi lapis tipis.

B.     PENDAHULUAN
Daun sirih hijau
            Tanaman sirih (Piper betle) adalah tanaman merambat. Bagian tanaman yang sering digunakan adalah daun yang memiliki kandungan kimia simplisia antara lain minyak atsiri, hidroksi kavikol, kavibetol, estragol, eugenol, metil eugenol, karvakrol, senyawa terpen dan seskuiterpen, fenilpropan dan tanin (Anonim, 1980). Daun sirih hijau banyak tumbuh merambat pada daerah atau tempat yang memiliki kelembaban yang tinggi. Daun sirih hijau memiliki bau dan aroma yang aromatis dan rasa yang agak pedas sehingga banyak dijadikan sebagai antiseptik karena memiliki daya antiseptik yang baik terutama untuk mulut sebagai obat kumur.

Tanin
            Tanin merupakan senyawa kimia yang tergolong dalam senyawa polifenol (Denville et al, 2010). Tanin dibagi menjadi 2 yaitu tanin terhidrolisis dan tanin terkondensasi. Tanin memiliki sifat dapat larut dalam air, kelarutan tanin ini dapat lebih besar jika dilarutkan dalam air panas maupun pelarut organik seperti etanol. Tanin memiliki kemampuan mengendapkan protein hal ini dikarenakan olh gugus fungsional yang dimiliki.

Infusa
            Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 90ᵒ C selama 15 menit, yang mama ekstraksinya dilakukan secara infundasi. Infundasi merupakan penyarian yang umum dilakukan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Penyarian dilakukan dengan metode ini menghasilkan ekstrak yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Umumnya infus selalu dibuat baru dari simplisia yang mempunyai jaringan lunak yang mengandung minyak atsiri, dan zat-zat yang tidak tahan pemanasan lama.
Keuntungan dan kerugian metoden infundasi
1.      Keuntungan
a.       Unit yang dipakai sederhana
b.      Biaya operasional relatif rendah
c.       Dalam menyari simplisia dengan pelarut air dalam waktu yang singkat
2.      Kerugian
a.       Zat-zat yang tertarik kemungkinan akan mengendap kembali apabila kelarutannya sudah mendingin
b.      Menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang
Kromatografi
                        Kromatografi adalah suatu naman yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Pada dasarnya semua metode kromatografi menggunakan 2 fasa yaitu fase tetap dan fase gerak. Pemisahan tergantung pada gerakan relatif dari 2 fase tersebut.
                        Cara-cara kromatografi dapat digolongkan dari sifat-sifat dari fase tetap, yang dapat berupa zat padat atau zat cair. Jika fase tetap zat padat maka cara tersebut dikenal sebagai kromatografi serapan. Jika zat cair maka dikenal sebagai kromtografi partisi. Karena fase gerak dapat berupa 4 macam sistem kromatografi yaitu penukar ionm kromatografi padat, kromatografi partisi dan kromatografi kolom kapliler (Hostettman, K., 1995)

C.     ALAT DAN BAHAN
1.      Alat
a.       Sepersngkat alat infus
b.      Seperangkat alat kromatografi
2.      Bahan
a.       Daun sirih segar
b.      Aquadest
c.       N-butanol
d.      Asam asetat
e.       Plat silica gek 254
f.       Larutan FeCl3

D.    CARA KERJA
a.       Ekstraksi dan isolasi
Timbang 40 g serbuk bahan, masukkan dalam panci infus dan tambahkan 240ml air. Didihkan selama 15 menit. Saring campuran melalui corong Buchner sehingga diperoleh filtrat yang jernih dan pindahkan kedalam Erlenmeyer 250ml yang bersih.
b.      Identifikasi tanin
Larutan dianalisis secara kualitatif dengan KLT dengan kondisi sbb:
1)      Fase diam        : Silica gel GF 254
2)      Fase gerak       : N-butanol : asam asetat : air (5:1:4)
3)      Cuplikan          : larutan sampel dan pembanding larutan asam tanat
4)      Deteksi            : UV 366

E.     HASIL
1.      Hasil Pengamatan dan Skrining Fitokimia
a.       Nama tanaman                        : Piper betle
b.      Metode ekstraksi                     : Infundasi
c.       Jumlah pelarut                         : aquadest 240ml
d.      Jumlah ekstrak                        : 183 ml
e.       Perhitungan rendemen            : 183/240 = 76,25 %
2.      Pemerian Ekstrak
a.       Aroma             : Bau khas aromatik
b.      Warna              : Kunng jernih
c.       Bentuk                        : Cair
3.      Hasil pengamatan Kromatografi
a.       Fase diam                    : Silica gel GF 254
b.      Fase gerak                   : N-butanol : asam asetat : air (5:1:4)
c.       Pembanding                : Larutan asam tanat
d.      Deteksi                        : UV 366
e.       Rf sampel                    : 0,88
f.       Rf standar                   : 0,81

F.      PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan identifikasi tanin dari daun sirih hijau. Menurut Materia Medika Indonesia, pada simplisia daun sirih hijau mengandung tanin. Ekstraksi yang digunakan pada praktikum kali ini adalah dengan metode infundasi. Ekstraksi dengan metode infundasi cocok untuk menyarisenyawa tanin karena tanin dapat larut pada suhu antara 90-98. Yang kemudian untuk mengidentifikasi tanin dilakukan dengan kromatografi lapis tipis.
Penyarian dilakukan dengan cara infundasi menggunaka pelarut aquadest pada suhu 90̊C selama 15 menit. Penyarian menggunakan pelarut aquadest sebenarnya memiliki kerugian seperti mudah ditumbuhimikroba, mudah terkontaminasi. Tetapi metode infundasi dan pelarut air dipilih karena cocok untuksenyawa yang tahan pemanasan tetapi dalam waktu yang tidak lama.
Pada identifikasi tanin menggunakan metode kromatografi lapis tipis. Fase gerak yang digunaka yaitu N-butanol : asam asetat : air (5:1:4). Sebelum dilakukan penjenuhan fase gerak dipisahka terlebih dahulu antara fase minyak dan fase air dengan corong pisah. Pemisahan ini dilakukan karena air bersifat polar hal ini dapat mengakibatkan terganggunya proses kromatografi. Setelah dilakukan pemisahan, dilakukan proses penjenuhan dengan menggunakan indikator kertas saring. Hal ini dilakukan untuk mengetahui bahwa tekanan didalam chamber telah sama. Selain itu agar sampel dan standar yang ditotolkan berjalan lurus.
Identifikasi kromatografi Lpis tipis menggunakan sinar UV dengan panjang gelombang 366 nm. Pada praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa sampel tidak terdeteksidan hanya standar yang nampak. Agar sampel dapat terdeteksi dilakukan deteksi destruktif yaitu dilakukan dengan merusak senyawa pada plat silica gel dengan cara disemprot menggunakan larutan Feri clorid. Setelah disemprot menggunakan larutan Feri Clorid bercak pada sampel nampak pada jarak 7.5 cm. Rf yang diperoleh pada larutan standar adalah 0.81 dan Rf yang diperoleh pada sampel adalah 0,88. Nilai Rf yang tidak sama ini dipengaruhi oleh pelarut, suhu, dan sifat dari campuran.

G.    KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah dilakukan, identifikasi tanin dilakukan dengan cara ekstraksi secara infundasi dari smplisia daun sirih hijau dan identifikasi tanin menggunakan metode kromatografi lapis tipis diperoleh hasil positif menggandung tanin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA ISOLASI FLAVONOID DARI TEMU KUNCI