LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA ISOLASI FLAVONOID DARI TEMU KUNCI


LAPORAN PRAKTIKUM
FITOKIMIA
PERCOBAAN 3
ISOLASI FLAVONOID DARI TEMU KUNCI



 







Nama                                       : Fika Bawesty Pradina
NIM                                        : 1606067020
Kelompok                               : III/A
Hari/Tanggal Praktikum          :
Dosen Pembimbing                 : Erma Yunita, M. Sc., Apt.






LABORATORIUM FITOKIMIA
AKADEMI FARMASI INDONESIA YOGYAKARTA
2018
PERCOBAAN 3
ISOLASI FLAVONOID DARI TEMU KUNCI (Boesenbergia pandurata)

A.    TUJUAN
Mahasiswa mengetahui langkah-langkah isolasi, mampu melakukan isolasi pinostrobin dari temu kunci.


B.     DASAR TEORI
Maserasi
            Secara harfiah berarti merendam. Metode ini merupakan metode yang paling sederhana. Tidak ada batas pelarut dalam metode ini. Catatan jika menggunakan metode ini, simplisia dibasahkan terlebih dahulu, jika tidak di khawatirkan akan ada simplisia yang tidak teraliri pelarut. Proses maserasi sendiri dilakukan secara berulang dengan memisahkan cairan perendam dengan cara penyaringan, dekantir atau di peras, selanjutnya ditambahkan lagi penyari segar kedalam ampas hingga warna rendaman sama dengan warna pelarut.
Flavonoid
            Senyawa flavonoid adalah senyawa yang mengandung C5 terdiri atas dua inti fenolat yang dihubungkan dengan tiga satuan carbon. Cincin A mamiliki karakteristik bentuk hidroksilasi floroglusinol atau resorsinol, dan cincin B biasanya 4-, 3,4- atau 3,5,4-terhidroksilasi (Sastrohamidjojo, H., 2001).
Kromatografi
            Kromatografi adalah suatu senyawa yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fase yaitu fasa tetap (stationary) dan fasa gerak (mobile), pemisahan tergantung pada gerakan relatif dari dua fasa tersebut. Cara-cara kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan sifat-sifat dari fasa tetap, yang dapat berupa zat padat atau zat cair. Jika fasa tetap berupa zat padat maka cara tersebut dikenal sebagai kromatografi serapan, jika zat cair dikenal sebagai kromatografi partisi. Karena fasa bergerak dapat berupa zat cair atau gas maka semua ada empat macam sistem kromatografi yaitu kromatografi serapan yang terdiri dari kromatografi lapis tipis dan kromatografi penukar ion, kromatografi padat, kromatografi partisi dan kromatografi gas-cair serta kromatografi kolom kapiler (Hostettmann, K., dkk., 1995).

C.     ALAT DAN BAHAN
Alat
1.        Seperangkat alat maserasi
2.        Seperangkat alat KLT
3.        Beaker glass
4.        Strirer
5.        Rotavapour
6.        Cawan porselen
Bahan
1.      Simplisia temu kunci
2.      Etanol
3.      Etil asetat
4.      Heksan
5.      Standar pinostrobin

D.    CARA KERJA
1.      Ekstraksi
Sebanyak 100 gram rimpang temu kunci yang telah dihaluskan dimasukkan kedalam beaker glass 500 ml, kemudian tambahkan 200 ml etanol. Campuran tersebut selanjutnya diaduk selama 1 jam menggunaan stirer. Campuran tersebut kemudian disaring. Hasil saringan dikumpulkan dan diuapkan dengan penguap putar (rotavapour) hingga volume kurang lebih 10 ml. Hasil rotavapor dikumpulkan dan dipindahkan ke cawan porselin.
2.      Isolasi dan KLT Preparatif
Ekstrak yang sudah kental ditotolkan pada plat silica GF 254 sepanjang 5x10 cm sebanyak 10 kali. Pengembang yang digunakan adalah etil asetat : heksan (4:1). Dideteksi dengan menggunakan lampu UV 366 nm, bercak dengan pita ditandai. Bercak yang ditandai dikerok dan dilarutkan dalam etanol kemudian etanol diuapkan.
3.      Isolasi
Ambil sedikit padatan dengan ujung spatel kecil, larutkan dalam etanol. Larutan siap dianalisis secara kualitatif dengan kromatografi lapis tipis dengan kondisi sebagai berikut:
a.       Fase diam        : Silika gel GF 254
b.      Fase gerak       : Etil asetat : Heksan (1:4)
c.       Cuplikan          : Larutan sampel dan pembanding pinostrobin dalam etanol
d.      Deteksi            : UV 254

E.     HASIL
1.             Nama Simplisia              : Rimpang temu kunci
Metode Ekstraksi           : Maserasi
2.             Pemeriksaan Ekstrak
Aroma    : Khas Aromatik
Warna    : Kuning kecoklatan
Bentuk   : Ekstrak kental
3.             Hasil pengamatan Kromatografi
Fase diam           : Silika gel GF 254
Fase gerak          : Etil Asetat : Heksan (1:4)
Pembanding       : Larutan pembanding pinostrobin
Deteksi               : UV 254

F.      PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan isolasi flavonoid dari ekstrak temu kunci (Boesenbergia pandurata). Metode ekstraksi ini yang digunakan pada percobaan kali ini adalah maserasi. Maserasi adalah metode ekstraksi yang sederhana yaitu dengan cara merendam simplisia kedalam pelarut organik selama 1x 24 jam. Tidak ada jumlah yang pasti dalam penambahan pelarut organik ini. Parameter yang digunakan adalah simplisia harus terendam semua dan rendaman harus dapat diaduk. Simplisia dirajang untuk memperkecil ukuran. Jika ukuran semakin kecil maka proses maserasi akan cepat.
Pada praktikum kali ini pelarut yang digunakan adalah etanol. Untuk mendapatkan ekstrak kental, campuran rendaman tersebut diaduk menggunakan strirer selama 1 jam, kemudian disaring dan diuapkan menggunakan rotavapour atau penguap putar hingga didapatkan ekstrak kental dengan volume kurang lebih 10ml.
Dalam simplisia temu kunci terdapat 2 senyawa yang khas dan biasa disebut dengan senyawa pendanda atau marker ekstrak temu kunci. Menurut Farmakope Indonesia edisi I flavonoid yang menjadi senyawa identitas adalah pinostrobin dan panduratin. 2 flavonoida ini hanya terdapat dalam simplisia temu kunci saja.
Uji selanjutnya yang dilakukan adalah uji kromatrografi lapis senyawa pembanding yang digunakan adalah larutan standar pinostrobin. Dielusikan dalam fase gerak Etil Asetat : Heksan (1 : 4) menggunakan fase diam silika gel GF 254. Senyawa flavonoid pada deteksi UV 366 akan memberikan warna pendar kuning kehijauan.
Dilakukan 2 uji yaitu uji secara prepatif dan separasi pada uji kromatografi preparatif untuk isolasi dan uji kromatografi separasi yaitu pemisahan zat aktif dari fase diam/pembawa biasanya dengan cara dikerok.

G.    KESIMPULAN
1.             Pengambilan ekstrak dilakukan dengan metode maserasi dan digonakan rotavapour untuk mendapatkan ekstrak kental
2.             Isolasi dilakukan dengan menggunakan uji kromatografi preparatif dengan pembanding larutan pinostrobin




DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Farmakope Herbal Indonesia edisi I. Jakarta: Depkes RI

Sastrohamidjojo, Hardjono., 2001. Kromatografi, Liberty, Yogyakarta

Hostettman, K., dkk., 1995. Cara Kromatografi Preparatif. Bandung: Penerbit ITB


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Identifikasi Tanin dari Daun Sirih Hijau