LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA
FRAKSINASI SECARA EKSTRAKSI CAIR-CAIR

 

Disusun oleh:
Nama                           : Fika Bawesty Pradina
NIM                            : 1606067020
Kelompok                   : III/A
Pembimbing                : Erma Yunita, M.Sc., Apt
Tanggal Praktikum      :

 
 










LABORATORIUM FITOKIMIA
AKADEMI FARMASI INDONESIA YOGYAKARTA
2018/2019



PERCOBAAN 6
FRAKSINASI SECARA EKSTRAKSI CAIR-CAIR

A.    TUJUAN
Mahasiswa mampu melakukan fraksinasi ekstraksi tumbuhan dengan ekstraksi cair-cair.

B.     PENDAHULUAN
Fraksinasi
            Ekstraksi kasar bahan alam merupakan campuran dari banyak senyawa hingga sulit dilakukan pemisahan senyawa tunggal hingga didapatkan isolat yang murni. Untuk mengatasinya, maka ekstrak kasar dipisahkan menjadi fraksi-fraksi yang berisis kelompok senyawa yang memiliki sifat polaritas atau ukuran molekul yang hampir sama. Fraksi-fraksi ini dapat dibedakan secara jelas, misal dengan ekstraksi cair-cair kemudian dilanjutkan dengan kromatografi kolom, misalnya kromatografi cair vakum, kolom kromatografi, kromatografi berdasarkan ukuran, atau ekstraksi fase padat. Pemisahan awal ekstrak kasar tidak perlu dilakukan dengan banyak fraksi karena hanya akan menghasilkan banyak fraksi namun mengandung senyawa dalam konsentrasi yang kecil.
Kromatografi
Kromatografi adalah suatu naman yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Pada dasarnya semua metode kromatografi menggunakan 2 fasa yaitu fase tetap dan fase gerak. Pemisahan tergantung pada gerakan relatif dari 2 fase tersebut.
                        Cara-cara kromatografi dapat digolongkan dari sifat-sifat dari fase tetap, yang dapat berupa zat padat atau zat cair. Jika fase tetap zat padat maka cara tersebut dikenal sebagai kromatografi serapan. Jika zat cair maka dikenal sebagai kromtografi partisi. Karena fase gerak dapat berupa 4 macam sistem kromatografi yaitu penukar ionm kromatografi padat, kromatografi partisi dan kromatografi kolom kapliler (Hostettman, K., 1995)

C.     ALAT dan BAHAN
1.      Alat
a)        Beker glass
b)        Erlenmeyer
c)        Corong pisah
d)       Gelas ukur
e)        Rotary evaporator
2.      Bahan
a)        Ekstrak hasil maserasi temu kunci
b)        N-heksan
c)        Etil asetat
d)       Etanol 96%
e)        Aquades
f)         Standar pinostrobin

D.    CARA KERJA
1.      Ektraksi cair-cair
Ekstak etanol hasil maserasi diencerkan dengan etanol-air (1:1) sebanyak 150 ml, diaduk terus sampai encer dan homogen, kemudian dimasukkan kedalam corong pisah, difraksinasi berturut-turut dengan pelarut n-heksan dan etil asetat. Mula-mula difraksinasi dengan n-heksan 150ml diperoleh hasil fraksi n-heksan dan etanol. Fraksi n-heksan dipisahkan, kemudian fraksi etanol difraksinasi lagi dengan n-heksan sebanyak 150ml, diperoleh fraksi n-heksan dan fraksi etanol. Fraksi n-heksan dipisah. Fraksi etanol-air difraksinasi kembali dengan etil asetat sebanyak 150ml. Diperoleh fraksi etil asetat dan fraksi air. Ekstraksi dilakukan sebanyak 3  kali dengan menggunakan 50ml pelarut untuk setiap penyarian. Sari pertama, kedua dan ketiga dikumpulkan dalam erlenmeyer secara terpisah. Ekstrak hasil fraksinasi dipekatkan dengan rotavapour.
2.      Identifikasi
Kromatografi Lapis Tipis
Fase diam        : Silica Gel GF 254
Fase gerak       : n-heksan : etil asetat (4:1)
Cuplikan          : hasil fraksi dan standar pinostrobin
Deteksi            : UV 254

E.     HASIL
Nama Simplisia           : Rimpang Temu Kunci (Boesenbergia pandurata)
Jumlah solvent            :
a)         Solvent 1  : 20 ml
b)        Solvent 2  : 20 ml + NaCl 6 ml
c)         Solvent 3  : 20 ml + NaCl 5 ml

Hasil pengamatan dengan kromatografi
Fase diam        : Silica Gel GF 254
Fase gerak       : n-heksan : etil asetat (4:1)
Cuplikan          : hasil fraksi dan standar pinostrobin
Deteksi            : UV 254

F.      PEMBAHASAN
Senyawa kimia dialam sangatlah banyak, umumnya terdapat dalam bentuk campuran. Untuk memisahkan senyawa kimia tersebut dilakukan dengan cara pemisahan. Fraksinasi adalah pemisahan untuk mendapatkan senyawa tunggal dari campuran-campuran tersebut. Fraksinasi yang digunakan adalah fraksinasi dengan ekstraksi cair-cair.
Ekstraksi cair-cair adalah metode pemisahan dengan menggunakan 2 pelarut yang saling tidak bercampur sehingga senyawa akan ikut terlarut dalam pelarut yang sesuai senyawa polar akan ikut dengan pelarut yang polar dan senyawa non polar akan ikut terlarut dalam senyawa nonpolar (pronsip solve disolve like)
Pada praktikum kali ini dilakukan dengan menggunakan ekstrak kental hasil maserasi rimpang temu kunci. Fraksinasi dilakukan untuk memisahkan atau mengisolasi senyawa pinostrobin. Larutan kental rimpang temu kunci sebanyak 1 gram dilarutkan dalam etil asetat 20 ml. Fraksinasi dalam corong pisah menggunakan air dengan perbandingan 1:1. Pada fraksinasi pertama pemisahan terjadi pemisahan dengancepat dan jelas batasnya setelah terpisah, bagian air dibuang kemudian dilanjutkan dengan fraksinasi kedua ditambahkan air kembali sebanyak 20 ml. Pada fraksinasi kedua pemisahan terjadi sedikit lama dan garisnya kurang jelas. Oleh karena itu ditambahkan larutan NaCl sebanyak 6 ml untuk memperjelas pemisahan dan setelah itu bagian air dibuang kembali. Sebelum dilakukan fraksinasi yang ketiga dilakukan pengambilan sampel untuk uji identifikasi KLT.
Pada fraksinasi yang ketiga pemisahan terjadi lebih lama dan sangat tidak jelas. Perlu ditambahkan NaCl sebanyak 5 ml untuk mempercepat dan memperjelas garis batas dan diambil sampel untuk uji KLT.
Identifikasi untuk membuktikan bahwa senyawa pinostrobin telah terisolasi adalah dengan Kromatografi Lapis Tipis. Menggunakan fase diam berupa silika gel GF 254 dan fase gerak n-heksan : etil asetat (4:1) sebanyak 10 ml. Penotolan dilakukan dengan membandingkan larutan standar pinostrobin dengan hasil fraksinasi kedua dan ketiga. Hasil identifikasi dengan KLT adalah masih banyak terdapat spot pada penotolan fraksinasi kedua dan ketiga dan lebih jelas jika dibanding dengan bercak bercak pada larutan standar pinostrobin. Banyaknyaspot ini diartikan bahwa masih terdapat banyak senyawa yang ikut terisolasi dan bukan hanya senyawa target saja (pinostrobin) yang terisolasi. Hal tersebut dikarenakan oleh faktor seperti fraksinasi yang dilakukan belum sempurna dan kurang lama yang mengakibatkan tidak terjadinya pemisahan.
Tidak terjadinya pemisahan ini mengakibatkan tidak dapat diisolasi atau diambilnya sennyawa tunggal atau murni yaitu senyawa pinostrobin saja. Jika terjadi pemisahan pengambilan dilakukan dengan mengerok silica gel dan kemudian dilarutkan dengan pelarut yang cocok (yang melarutkan senyawa tetapi tidak melarutkan silica gel).

G.    KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, fraksinasi dilakukan sebanyak 3 kali. Identifikasi menggunakan KLT menunjukkan hasil bahwa masih terdapat beberapa senyawa yang terdapat dengan ditandainya banyak spot yang terjadi pada hasil ftaksinasi kedua dan ketiga.

H.    DAFTAR PUSTAKA
Hostettman, K., dkk.,. 1995. Cara Kromatografi Preparatif. Bandung: Penerbit ITB.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA ISOLASI FLAVONOID DARI TEMU KUNCI

Identifikasi Tanin dari Daun Sirih Hijau