LAPORAN
PRAKTIKUM FITOKIMIA
FRAKSINASI SECARA EKSTRAKSI CAIR-CAIR
Disusun
oleh:
|
LABORATORIUM
FITOKIMIA
AKADEMI
FARMASI INDONESIA YOGYAKARTA
2018/2019
PERCOBAAN
6
FRAKSINASI
SECARA EKSTRAKSI CAIR-CAIR
A.
TUJUAN
Mahasiswa
mampu melakukan fraksinasi ekstraksi tumbuhan dengan ekstraksi cair-cair.
B.
PENDAHULUAN
Fraksinasi
Ekstraksi kasar bahan alam merupakan
campuran dari banyak senyawa hingga sulit dilakukan pemisahan senyawa tunggal
hingga didapatkan isolat yang murni. Untuk mengatasinya, maka ekstrak kasar
dipisahkan menjadi fraksi-fraksi yang berisis kelompok senyawa yang memiliki
sifat polaritas atau ukuran molekul yang hampir sama. Fraksi-fraksi ini dapat
dibedakan secara jelas, misal dengan ekstraksi cair-cair kemudian dilanjutkan
dengan kromatografi kolom, misalnya kromatografi cair vakum, kolom
kromatografi, kromatografi berdasarkan ukuran, atau ekstraksi fase padat. Pemisahan
awal ekstrak kasar tidak perlu dilakukan dengan banyak fraksi karena hanya akan
menghasilkan banyak fraksi namun mengandung senyawa dalam konsentrasi yang
kecil.
Kromatografi
Kromatografi
adalah suatu naman yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Pada
dasarnya semua metode kromatografi menggunakan 2 fasa yaitu fase tetap dan fase
gerak. Pemisahan tergantung pada gerakan relatif dari 2 fase tersebut.
Cara-cara kromatografi
dapat digolongkan dari sifat-sifat dari fase tetap, yang dapat berupa zat padat
atau zat cair. Jika fase tetap zat padat maka cara tersebut dikenal sebagai
kromatografi serapan. Jika zat cair maka dikenal sebagai kromtografi partisi.
Karena fase gerak dapat berupa 4 macam sistem kromatografi yaitu penukar ionm
kromatografi padat, kromatografi partisi dan kromatografi kolom kapliler
(Hostettman, K., 1995)
C.
ALAT dan BAHAN
1. Alat
a)
Beker glass
b)
Erlenmeyer
c)
Corong pisah
d) Gelas
ukur
e)
Rotary evaporator
2. Bahan
a)
Ekstrak hasil maserasi temu kunci
b)
N-heksan
c)
Etil asetat
d) Etanol
96%
e)
Aquades
f)
Standar pinostrobin
D.
CARA KERJA
1. Ektraksi
cair-cair
Ekstak etanol hasil
maserasi diencerkan dengan etanol-air (1:1) sebanyak 150 ml, diaduk terus
sampai encer dan homogen, kemudian dimasukkan kedalam corong pisah,
difraksinasi berturut-turut dengan pelarut n-heksan dan etil asetat. Mula-mula
difraksinasi dengan n-heksan 150ml diperoleh hasil fraksi n-heksan dan etanol. Fraksi
n-heksan dipisahkan, kemudian fraksi etanol difraksinasi lagi dengan n-heksan
sebanyak 150ml, diperoleh fraksi n-heksan dan fraksi etanol. Fraksi n-heksan
dipisah. Fraksi etanol-air difraksinasi kembali dengan etil asetat sebanyak
150ml. Diperoleh fraksi etil asetat dan fraksi air. Ekstraksi dilakukan
sebanyak 3 kali dengan menggunakan 50ml
pelarut untuk setiap penyarian. Sari pertama, kedua dan ketiga dikumpulkan
dalam erlenmeyer secara terpisah. Ekstrak hasil fraksinasi dipekatkan dengan
rotavapour.
2. Identifikasi
Kromatografi Lapis Tipis
Fase diam : Silica Gel GF 254
Fase gerak : n-heksan : etil asetat (4:1)
Cuplikan :
hasil fraksi dan standar pinostrobin
Deteksi :
UV 254
E.
HASIL
Nama
Simplisia : Rimpang Temu Kunci (Boesenbergia pandurata)
Jumlah
solvent :
a)
Solvent 1 : 20 ml
b)
Solvent 2 : 20 ml + NaCl 6 ml
c)
Solvent 3 : 20 ml + NaCl 5 ml
Hasil pengamatan dengan kromatografi
Fase diam : Silica Gel GF 254
Fase gerak : n-heksan : etil asetat (4:1)
Cuplikan :
hasil fraksi dan standar pinostrobin
Deteksi :
UV 254
F.
PEMBAHASAN
Senyawa
kimia dialam sangatlah banyak, umumnya terdapat dalam bentuk campuran. Untuk memisahkan
senyawa kimia tersebut dilakukan dengan cara pemisahan. Fraksinasi adalah
pemisahan untuk mendapatkan senyawa tunggal dari campuran-campuran tersebut. Fraksinasi
yang digunakan adalah fraksinasi dengan ekstraksi cair-cair.
Ekstraksi
cair-cair adalah metode pemisahan dengan menggunakan 2 pelarut yang saling
tidak bercampur sehingga senyawa akan ikut terlarut dalam pelarut yang sesuai
senyawa polar akan ikut dengan pelarut yang polar dan senyawa non polar akan
ikut terlarut dalam senyawa nonpolar (pronsip solve disolve like)
Pada
praktikum kali ini dilakukan dengan menggunakan ekstrak kental hasil maserasi
rimpang temu kunci. Fraksinasi dilakukan untuk memisahkan atau mengisolasi
senyawa pinostrobin. Larutan kental rimpang temu kunci sebanyak 1 gram
dilarutkan dalam etil asetat 20 ml. Fraksinasi dalam corong pisah menggunakan
air dengan perbandingan 1:1. Pada fraksinasi pertama pemisahan terjadi
pemisahan dengancepat dan jelas batasnya setelah terpisah, bagian air dibuang
kemudian dilanjutkan dengan fraksinasi kedua ditambahkan air kembali sebanyak
20 ml. Pada fraksinasi kedua pemisahan terjadi sedikit lama dan garisnya kurang
jelas. Oleh karena itu ditambahkan larutan NaCl sebanyak 6 ml untuk memperjelas
pemisahan dan setelah itu bagian air dibuang kembali. Sebelum dilakukan
fraksinasi yang ketiga dilakukan pengambilan sampel untuk uji identifikasi KLT.
Pada
fraksinasi yang ketiga pemisahan terjadi lebih lama dan sangat tidak jelas. Perlu
ditambahkan NaCl sebanyak 5 ml untuk mempercepat dan memperjelas garis batas
dan diambil sampel untuk uji KLT.
Identifikasi
untuk membuktikan bahwa senyawa pinostrobin telah terisolasi adalah dengan
Kromatografi Lapis Tipis. Menggunakan fase diam berupa silika gel GF 254 dan
fase gerak n-heksan : etil asetat (4:1) sebanyak 10 ml. Penotolan dilakukan
dengan membandingkan larutan standar pinostrobin dengan hasil fraksinasi kedua
dan ketiga. Hasil identifikasi dengan KLT adalah masih banyak terdapat spot
pada penotolan fraksinasi kedua dan ketiga dan lebih jelas jika dibanding
dengan bercak bercak pada larutan standar pinostrobin. Banyaknyaspot ini
diartikan bahwa masih terdapat banyak senyawa yang ikut terisolasi dan bukan
hanya senyawa target saja (pinostrobin) yang terisolasi. Hal tersebut
dikarenakan oleh faktor seperti fraksinasi yang dilakukan belum sempurna dan
kurang lama yang mengakibatkan tidak terjadinya pemisahan.
Tidak
terjadinya pemisahan ini mengakibatkan tidak dapat diisolasi atau diambilnya
sennyawa tunggal atau murni yaitu senyawa pinostrobin saja. Jika terjadi
pemisahan pengambilan dilakukan dengan mengerok silica gel dan kemudian
dilarutkan dengan pelarut yang cocok (yang melarutkan senyawa tetapi tidak
melarutkan silica gel).
G.
KESIMPULAN
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan, fraksinasi dilakukan sebanyak 3 kali. Identifikasi
menggunakan KLT menunjukkan hasil bahwa masih terdapat beberapa senyawa yang
terdapat dengan ditandainya banyak spot yang terjadi pada hasil ftaksinasi
kedua dan ketiga.
H.
DAFTAR PUSTAKA
Hostettman,
K., dkk.,. 1995. Cara Kromatografi Preparatif. Bandung: Penerbit ITB.
Komentar
Posting Komentar